Jumat, 08 Oktober 2010

Bencana Wasior

Kalla: Bencana Wasior Akibat Pembalakan Liar
"Bencana itu akibat fungsi hutan yang selama ini mengatur arus air, tidak lagi optimal."
JUM'AT, 8 OKTOBER 2010, 13:32 WIB
Arfi Bambani Amri
Ketua Umum PMI Jusuf Kalla (Antara/ Saptono)



VIVAnews - Ketua Umum Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla, menilai bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat, terjadi akibat pembalakan liar. Mantan Wakil Presiden itu mengimbau aksi pembalakan liar dengan membabat harus segera dihentikan.

"Hampir seratus orang yang tewas. Bencana itu akibat fungsi hutan yang selama ini mengatur arus air, tidak lagi berfungsi optimal," kata Jusuf Kalla, saat memberikan 5.000 cangkul dan 5.000 sekop bagi warga Marunda, Cilincing, Jakarta Utara di Rusun Marunda, Jumat, 8 Oktober 2010.

Menurutnya, PMI telah menurunkan personel untuk melakukan evakuasi dan memberi bantuan di lokasi kejadian sejak hari pertama bencana. "Hari ini kami juga mengirimkan bantuan melalui pesawat kargo, berupa makanan, obat-obatan, tenda, pakaian, dan tandu," ucapnya.

Bagi masyarakat yang ingin memberikan bantuan kepada korban banjir di Wasior, JK meminta, sebaiknya bantuan yang diberikan berupa uang saja, jangan barang, kata JK.

Pendapat JK soal Wasior ini berbeda dengan pernyataan Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief dan Staf Khusus Presiden Bidang Pemerintahan Daerah Velix Wanggai. Keduanya menyatakan, banjir di Wasior terjadi karena intensitas hujan yang tinggi selama seminggu.

Pendapat ini dikuatkan penilaian pakar kebencanaan dari Universitas Gadjah Mada, Prof Dr HA Sudibyakto MS. Penasihat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ini menyatakan, banjir bandang yang melanda Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, adalah hasil dari anomali cuaca. Anomali cuaca ini bertemu dengan degradasi lahan akibat pembalakan hutan.

Indonesia saat ini, kata Sudibyakto, tengah mengalami dinamika atmosfer yang sangat cepat. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, cuaca di Indonesia juga sedang mengalami anomali. Salah satu penyebab terjadinya anomali cuaca adalah munculnya La Nina ketika suhu muka laut di barat wilayah khatulistiwa Pasifik mendingin.

Dua Masalah di Jakarta

Menyinggung permasalahan di Jakarta, mantan ketua umum Partai Golkar ini mengatakan, persoalan di Jakarta hanya ada dua, yaitu macet dan banjir. "Melihat cuaca ekstrem di Jakarta saat ini, masyarakat harus bersiap-siap menghadapi banjir. Jakarta siaga banjir," kata JK.

Walau PMI identik dengan penyediaan darah, PMI juga peduli terhadap lingkungan. "Orang yang sehat pasti tidak butuh tambahan darah. Untuk itu masyarakat perlu menjaga lingkungan. Karena bila sudah sakit, apalagi sakit DBD pasti butuh darah. Kalau tidak ada darah, pasti PMI yang disalahkan."

Masyarakat juga ditekankan JK harus peduli terhadap lingkungan, jangan hanya mengandalkan pemerintah. "Kami pernah punya budaya gotong-royong, tetapi sekarang budaya sudah lemah," kata JK.

Dan pemberian cangkul dan sekop ini, katanya, diharapkan 1 orang dapat membersihkan selokan sepanjang 10 meter per minggu, sehingga 10.000 cangkul dapat menjangkau 10 kilometer setiap minggunya.

"Masa DKI tidak bisa beli satu juta sekop, padahal harga satu sekop hanya Rp20.000 per buah? Jadi DKI hanya mengeluarkan anggaran Rp 2 milliar saja," tuturnya. (Laporan: Arnes Ritonga, umi)

• VIVAnews

About Me

Pengikut

jam abdi

shoutbox

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x